Bila si Kecil Terkena Flu Singapura

Jakarta, Dimulai dengan demam dan munculnya ruam di mulut berupa bintik-bintik merah, yang kemudian menjadi luka atau blister. Bila mendapati gejala tersebut, waspadalah! Bisa jadi itu Flu Singapura atau HFMD (Hand, Foot, and Mouth Disease).

Gejala awalnya adalah demam selama 2 hari dan mulut penuh sariawan. Pada tangan dan kaki si anak muncul bercak-bercak merah. Selain itu, ia tidak mau makan, tapi masih mau minum susu.

Apakah benar penyakit ini berbahaya? Rumor yang beredar, Flu Singapura sama berbahayanya dengan Flu Burung? Apakah perlu anak saya dirawat? Bila anak terkena penyakit ini, jangan panik. Infeksi virus HFMD biasanya ringan, asalkan segera mendapat perawatan yang benar.

Penyebab dan Gejala HFMD

HFMD akhir-akhir ini marak lagi. Belakangan, kasusnya cukup banyak ditemukan di Indonesia. Sebenarnya istilah Flu Singapura untuk HFMD ini adalah kurang tepat. Istilah ini muncul oleh karena adanya wabah HFMD pada tahun 2000 di Singapura, sehinggapenyakit ini lebih dikenal dengan Flu Singapura.

Virus yang berasal dari kelompok enterovirus (non polio) merupakan penyebab HFMD. Di dalamnya meliputi Grup Coxsackie tipe A (A1-A24), Coxsackie tipe B (B1-B26), Echovirus (grup 1-33), dan Enterovirus (68-71). Penyebab terbanyak pada kasus rawat jalan adalah Coxsackie A16. Sedangkan infeksi Enterovirus yang memerlukan perawatan biasanya menyebabkan Enterovirus 71.

Gejala HFMD diawali demam sedang selama 2-3 hari, diikuti sakit leher (faringitis), tidak ada nafsu makan, pilek, yang merupakan gejala flu pada umumnya yang tidak mematikan. Lalu, timbul vesikel (bentol berisi cairan) di mulut, kemudian pecah, menjadi luka atau blister di mulut seperti sariawan pada lidah, gusi, pipi dalam, yang terasa nyeri sehingga sukar menelan.

Timbul ruam yang tidak gatal di telapak tangan dan kaki. Kadang-kadang ruam ada di bokong. Walau namanya penyakit tangan, kaki dan mulut, ruamnya tidaklah muncul di tiga tempat tersebut. Terkadang hanya di mulut dan tangan saja. Umumnya ruam ini akan membaik dengan sendirinya dan tidak perlu perawatan di rumah sakit. 

Penularan dan Penanganan HFMD

Pada umumnya HFMD tidak berbahaya. HFMD Coxsackie A16 adalah penyakit ringan dan akan sembuh dalam 7-10 hari. Komplikasi jarang dijumpai. Sangat jarang ditemukan anak dengan infeksi virus Coxsackie menderita meningitis viral dengan gejala demam tinggi, sakit kepala, kaku kuduk, sehingga memerlukan rawat inap.

Dari grup enterovirus didapatkan HFMD Enterovirus 71 yang dapat menyebabkan meningitis viral (radang selaput otak), ensefalitis (radang otak), atau paralisis (kelumpuhan). Ensefalitis oleh karena Enterovirus 71 ini dapat berakibat fatal.

Penyakit ini sangat menular dan sering terjadi pada musim panas. Penularannya melalui jalur pencernaan, saluran pernapasan, yaitu dari butiran ludah, ingus, air liur, tinja, cairan dari luka, dan cairan tubuh lainnya.

Penularan kontak tidak langsung dapat terjadi melalui barang, handuk, baju, peralatan makanan dan mainan yang terkontaminasi sekret (cairan) tubuh. Sejak mulai terinfeksi hingga mulai timbul gejala (masa inkubasi) adalah 3-7 hari. Demam merupakan gejala pertama HFMD. Seorang akan menularkan penyakitnya dalam minggu pertama ketika dia sakit.

HFMD paling sering menyerang anak di bawah usia 10 tahun. Setiap orang, baik itu anak-anak maupun dewasa, mempunyai risiko terinfeksi, tetapi tidak semua yang terinfeksi itu akan sakit. Bayi, anak-anak, dan remaja lebih rentan terinfeksi dan menderita sakit HFMD ini karena antibodi dan imunitas tubuh mereka lebih lemah dibanding orang dewasa. 

HFMD didiagnosis berdasarkan riwayat perjalanan penyakit dan pemeriksaan fisik. Sedangkan diagnosis laboratorium untuk deteksi virus dapat dilakukan dengan mengambil sampel dari tinja, usap atau swab rektal cairan serobrospinal, usap atau swab luka di mulut, tenggorokan, vesikel kulit, dan biopsi otak.

Tidak ada terapi yang spesifik untuk infeksi enterovirus. Pastikan istirahat yang cukup serta pemberian terapi simptomatik untuk meredakan gejala demam dan nyeri di mulut. Anak dapat diberikan antiseptik untuk daerah mulut, analgesik-antipiretik misalnya parasetamol, cairan yang cukup, dan pengobatan suportif lainnya. Bila ada gejala yang cukup berat, barulah penderita perlu dirawat di rumah sakit.

Gejala yang cukup berat antara lain hiperpireksia, yaitu demam tinggi (suhu >39 °C), demam tidak turun-turun, takikardia (nadi menjadi cepat), takipneu (napas menjadi cepat dan sesak), malas makan, muntah, diare, berulang dengan dehidrasi, lemas dan mengantuk terus, nyeri pada leher, lengan dan kaki, atau terjadi kelumpuhan saraf kranial.

Cegahlah HFMD dengan higiene-sanitasi lingkungan dan perorangan. Cara yang paling mudah adalah dengan membiasakan diri selalu mencuci tangan, khususnya bila berdekatan dengan penderita.

Penting dilakukan desinfeksi peralatan makanan, mainan, dan handuk yang mungkin sudah terkontaminasi dengan cairan klorin. Hindari kontak dengan penderita HFMD dan istirahatkan anak penderita HFMD sementara dari sekolah atau tempat perawatan anak, untuk mencegah penularan virus kepada anak yang lain. 

Tips Perawatan Penderita HFMD

  1. Segera ke dokter untuk memastikan apakah anak atau penderita benar terkena HFMD
  2. Isolasikan penderita
  3. Jaga kebersihan
  4. Anjurkan istirahat yang cukup
  5. Berikan asupan cairan yang cukup untuk mencegah dehidrasi
  6. Berikan nutrisi yang sehat dan gizi seimbang
  7. Berikan obat-obatan simptomatik untuk mengurangi gejala demam dan nyeri mulut
  8. Anjurkan penderita untuk tidak beraktivitas di luar (bersekolah atau ke kantor) selama 7-10 hari setelah ruam muncul

Penulis
Dr. Rasmita U. Ginting, Sp. A
Tim Dokter Spesialis Anak Eka Hospital BSD Tangerang
(ir/ir) 
Sumber:DetikHealth.com

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »