Semula Warsito P Taruno adalah ahli tomografi yaitu ilmu atau teknologi tentang cara “melihat” reaksi dalam reaktor baja atau bejana tak tembus cahaya. Namun didorong keinginan membantu kakaknya yang mengidap kanker payudara, dia berhasil menciptakan alat pembasmi kanker.
Alat berbentuk rompi yang didalamnya berisi lempengan logam yang dialiri listrik dari baterai itu terbukti berhasil menyembuhkan penyakit kanker sang kakak. Tak hanya itu doktor lulusan Universitas Shizuoka, Jepang ini juga berhasil mengembangkan alat itu untuk membasmi kanker otak, kanker usus, dan sebagainya.
Bahkan kini, alat pembasmi kanker ini juga digunakan oleh sebuah jaringan rumah sakit di India. “Kami sudah melakukan kesepakatan kerjasama pemanfaatan alat ini untuk pasien rumah Sakit Apolo di India. Ini sebuah jaringan rumah sakit yang tersebar di berbagai kota di India,” ujar Warsito yang mendirikan CTechs Laboratory di ruko Modernland, Tangerang ini.
Selain India, sejumlah dokter dari Belgia juga sudah menyatakan keinginannya menggunakan alat pembasmi kanker ini untuk pengobatan di salah satu negara Eropa itu. Selain itu, dokter dari Belgia ini juga bersedia membantu pengembangan alat yang ditemuka Warsito. Bahkan bersedia menjadi semacam perwakilan di Eropa.
Alat yang menggunakan prinsip radiasi listrik statis, telah menyembuhkan seorang pasien penderita kanker otak kecil. “Alhamdulillah, setelah pemakaian dua bulan pasien dinyatakan sembuh total. Saya mendapat salinan hasil CT-Scan otak pasien oleh tim dokter rumah sakit,” kata Warsito.
Saat ini, kantor Warsito tak hanya ramai dengan aktivitas penelitian tomografi, namun juga banyak di kunjungi penderita kanker. Tak hanya datang dari sekitar Ibu Kota, para penderita datang dari berbagai daerah. Bahkan beberapa diantaranya ada pasien yang datang dari Singapura dan Malaysia.
Warsito tidak mengambil keuntungan besar dari alat temuannya ini. Hanya saja mengingat banyaknya penderita yang datang, saat ini tim yang dimpimpinnya baru bisa menyelesaikan pesanan alat bagi penderita sekitar satu bulan. Alat tersebut dipakai disesuaikan dengan kondisi penyakit kanker yang diderita.
Menurut Warsito, alat pembasmi kanker yang dikembangkan sedang dalam proses sertifikasi oleh Balitbang, Kementerian Kesehatan. Dia mengatakan, metode radiasi listrik statis berbasis tomografi ini, sepenuhnya hasil karya anak bangsa yang bakal menjadi terobosan dalam dunia kedokteran.
Selain akan merevolusi pengobatan kanker secara medis, kata dia, juga akan meminimalisasi biaya yang harus dikeluarkan pasien atau keluarganya. “Yang pasti ini akan mengubah metode pengobatan yang selama ini menggunakan radiasi berisiko tinggi dan berbiaya mahal,” kata pria kelahiran Karanganyar, Jawa Tengah yang melakukan post doctoral di Ohio University, Amerika ini.
Saat ini sudah banyak penderita yang memakai dan sembuh setelah memakai alat ini. Saat awal memakai, penderita biasanya ditandai dengan keringat yang bau menyengat serta feses berwarna hitam. Meski demikian ia mengakui bahwa alat yang dia temukan itu masih perlu dielaborasi lebih jauh terutama dari sisi ilmu kedokteran. (ris)
Alat berbentuk rompi yang didalamnya berisi lempengan logam yang dialiri listrik dari baterai itu terbukti berhasil menyembuhkan penyakit kanker sang kakak. Tak hanya itu doktor lulusan Universitas Shizuoka, Jepang ini juga berhasil mengembangkan alat itu untuk membasmi kanker otak, kanker usus, dan sebagainya.
Bahkan kini, alat pembasmi kanker ini juga digunakan oleh sebuah jaringan rumah sakit di India. “Kami sudah melakukan kesepakatan kerjasama pemanfaatan alat ini untuk pasien rumah Sakit Apolo di India. Ini sebuah jaringan rumah sakit yang tersebar di berbagai kota di India,” ujar Warsito yang mendirikan CTechs Laboratory di ruko Modernland, Tangerang ini.
Selain India, sejumlah dokter dari Belgia juga sudah menyatakan keinginannya menggunakan alat pembasmi kanker ini untuk pengobatan di salah satu negara Eropa itu. Selain itu, dokter dari Belgia ini juga bersedia membantu pengembangan alat yang ditemuka Warsito. Bahkan bersedia menjadi semacam perwakilan di Eropa.
Alat yang menggunakan prinsip radiasi listrik statis, telah menyembuhkan seorang pasien penderita kanker otak kecil. “Alhamdulillah, setelah pemakaian dua bulan pasien dinyatakan sembuh total. Saya mendapat salinan hasil CT-Scan otak pasien oleh tim dokter rumah sakit,” kata Warsito.
Saat ini, kantor Warsito tak hanya ramai dengan aktivitas penelitian tomografi, namun juga banyak di kunjungi penderita kanker. Tak hanya datang dari sekitar Ibu Kota, para penderita datang dari berbagai daerah. Bahkan beberapa diantaranya ada pasien yang datang dari Singapura dan Malaysia.
Warsito tidak mengambil keuntungan besar dari alat temuannya ini. Hanya saja mengingat banyaknya penderita yang datang, saat ini tim yang dimpimpinnya baru bisa menyelesaikan pesanan alat bagi penderita sekitar satu bulan. Alat tersebut dipakai disesuaikan dengan kondisi penyakit kanker yang diderita.
Menurut Warsito, alat pembasmi kanker yang dikembangkan sedang dalam proses sertifikasi oleh Balitbang, Kementerian Kesehatan. Dia mengatakan, metode radiasi listrik statis berbasis tomografi ini, sepenuhnya hasil karya anak bangsa yang bakal menjadi terobosan dalam dunia kedokteran.
Selain akan merevolusi pengobatan kanker secara medis, kata dia, juga akan meminimalisasi biaya yang harus dikeluarkan pasien atau keluarganya. “Yang pasti ini akan mengubah metode pengobatan yang selama ini menggunakan radiasi berisiko tinggi dan berbiaya mahal,” kata pria kelahiran Karanganyar, Jawa Tengah yang melakukan post doctoral di Ohio University, Amerika ini.
Saat ini sudah banyak penderita yang memakai dan sembuh setelah memakai alat ini. Saat awal memakai, penderita biasanya ditandai dengan keringat yang bau menyengat serta feses berwarna hitam. Meski demikian ia mengakui bahwa alat yang dia temukan itu masih perlu dielaborasi lebih jauh terutama dari sisi ilmu kedokteran. (ris)
sumber: ciputraentrepreneurship.com